header coretan ibu kiya

Ibu Profesional

Posting Komentar

Dunia pendidikan dan parenting sudah menarik perhatian saya semenjak belum berumah tangga. Jangan tanya kenapa, karena sesungguhnya awalnya saya pun tak paham sepenuhnya. Hanya saja, semenjak mengikuti tes strength tipologi, saya baru memahami bahwa memang inilah peran alamiah yang Allah kirimkan kepada diri ini.


Ketertarikan saya pada dunia pendidikan dan parenting membawa saya pada komunitas-komunitas parenting yang kian merebak di Indonesia, salah satunya Institut Ibu Profesional atau yang lebih dikenal dengan IIP ini.

Institut Ibu Profesional. Sebuah nama komunitas yang begitu mentereng dan memunculkan banyak pertanyaan dalam relung jiwa. Mengapa menjadi ibu harus profesional, bukankah peran ibu memang sebuah kodrat yang harus diterima oleh wanita? Ya, hanya wanita, bukan untuk pria apalagi bagi mereka yang merasa setengah pria setengah wanita. ✌😘

Bukankah pekerjaan seorang ibu ya memang seperti itu? Semua bisa dikerjakan dengan sendirinya tanpa perlu belajar apalagi dari ahlinya. Dan berbagai tanda tanya pun kian menyesakki relung dada.


Semua tanya dan rasa penasaran sebagai ibu muda pun membawa saya untuk membaca berbagai artikel, dan cerita-cerita keseruan di website serta fanpage Institut Ibu Profesional.

Ibu Profesional.
Apa yang terbersit dalam benak kalau mendengar kata itu?
Keder, iya.
Minder, ada.
Pesimis, merasa “apa bisa?”, itu pasti.

Institut Ibu Profesional
Ibu Profesional (foto dari www.ibuprofesional.com)

Ibu Profesional, Kebanggaan Keluarga.

Ibu Profesional,
Forum belajar bagi ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas dirinya.


Sebuah pembuka website yang membuat kita terpana. Bagaimana tidak? Siapa sih Mak, wanita yang tidak ingin menjadi kebanggaan keluarganya? Pasti semua wanita mendambakannya.
😍😍😍

Bermula dari keterpanaan ini saya pun mulai mencari berbagai informasi mengenai komunitas ini.

Institut Ibu Profesional atau lebih dikenal dengan IIP adalah komunitas para Ibu dan calon ibu yang ingin meningkatkan kualitas diri sebagai seorang wanita, seorang istri dan seorang ibu. Didirikan oleh sepasang suami istri asal Salatiga, Ibu Septi Peni dan Pak Dodik Mariyanto berdasarkan pengalaman pribadi dalam membersamai ketiga buah hatinya.

Gagasan mengenai IIP ini berawal dari sharing bersama tetangga di sekitar rumahnya, dan kini telah berkembang menjadi program belajar secara online dan forum diskusi offline yang diselenggarakan di berbagai kota, dan negara.

Langkah awalnya, Ibu Septi berupaya memantaskan diri. Perubahan dimulai dari diri sendiri, batu kemudian ia tularkan ilmu yang dimiliki kepada seluruh wanita Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa program yang harus diikuti dan dilalui oleh para ibu dan calon ibu di Institut Ibu Profesional, yaitu :

1. Program Matrikulasi IIP

Program persiapan untuk para ibu dan calon ibu yang ingin bergabung di komunitas Ibu Profesional. Bertujuan untuk membuka wawasan, menyamakan frekuensi para pembelajar, calon Ibu Profesional.

Program ini disampaikan selama 9 kali tatap muka (dalam grup wa) dengan Nice Homework setiap pekan. Sebagai syarat kelulusan, peserta harus mengerjakan minimal 7 (tujuh) dari 9 (sembilan) #NHW yang diberikan.


2. Program Bunda Sayang IIP
Di kelas bunda sayang kita akan mendapatkan ilmu-ilmu seputar pengasuhan anak. Lulus #matrikulasi IIP menjadi kunci utama untuk dapat mengikuti kelas bunda sayang ini.

3. Program Bunda Cekatan IIP

Melalui kelas bunda cekatan kita akan mendapatkan imu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga. Tentu ini menjadi ilmu yang sangat penting demi kelangsungan dan keharmonisan sebuah keluarga.

4. Program Bunda Produktif IIP

Di kelas bunda produktif kita akan mendapatkan ilmu-ilmu seputar minat dan bakat, kemandirian finansial dll. Ini yang paling dinanti para ibu-ibu rumahan macam Ibu Kiya. Berharap melalui kelas ini, kita dapat meningkatkan potensi diri.


5. Program Bunda Shaleha IIP

Kelas terakhir, bunda shaleha. Di kelas ini kita akan mendapatkan ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang. Tentunya menjadi ilmu yang luar biasa, karena selepas dari kelas ini kita diharapkan bisa bermanfaat tak hanya untuk keluarga sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar dan masyarakat luas.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw. :

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ   


“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
Lalu, mengapa kita harus menjadi perempuan profesional?

Mengutip kata Bu Septi,


Mengapa kita harus menjadi profesional sebagai istri, ibu, dan juga diri sendiri? Sebab, untuk menjalankan peran itu, diperlukan ilmu. ”Mau jadi dokter, sekolahnya bertahun-tahun. Begitu pula jadi jurnalis atau profesi lainnya. Sedangkan pekerjaan yang tanggung jawabnya dunia-akhirat, yaitu sebagai ibu, biasanya malah tidak dipersiapkan.”

Benar sekali adanya, tak sedikit orang tua, khususnya ibu yang tahu bahwa ia sebagai sekolah pertama dan utama bagi anaknya tetapi lalai akan tugas dan tanggung jawabnya. Ia jalani peran ibu mengalir begitu saja, tanpa mau berguru dan mencari ilmu, hingga melahirkan generasi yang kurang kasih sayang dan salah pengasuhan.

Dampaknya tak hanya mereka sendiri yang merasakan. Namun, orang lain yang tak ada sangkut pautnya pun bisa menjadi korban. Faktanya, tak sedikit kita dapati berita tentang anak-anak yang lepas kendali dan berbuat semaunya sendiri. Ketika mereka jelas berbuat salah, bukan orang tuanya yang instrospeksi diri dan menyadari kelalaian selama ini, justru dengan mudahnya mereka mencari kambing hitam, menjadikan guru dan sekolah sebagai pihak yang paling bersalah.


Sejujurnya, bagi Ibu Kiya yang hanya ibu rumah tangga biasa, awalnya maju mundur untuk bisa terjun langsung ikut belajar di dalamnya. Karena bayangan kata 'profesional’ yang rasanya begitu berat untuk disandang oleh saya. Namun, untuk bisa membuat perubahan bagi orang lain, langkah awal yang harus kita ambil adalah mau merubah diri sendiri terlebih dahulu. Sebagaimana mantra dalam IIP, “For Things Change, I must Change First” pada akhirnya ibu Kiya memberanikan diri dan kini sedang menuntut ilmu di kelas matrikulasi.


Ibu profesional
Ibu Pembelajar (oleh Nining Ibu Kiya)

Maka, jika di zaman modern ini masih ada orang tua yang mengeluhkan tidak adanya ilmu pengasuhan yang mumpuni, mungkin karena kita yang tidak mau bergerak untuk mencari informasi. Setuju kan? 😊


Semoga tulisan ini dapat membawa manfaat. Sampai ketemu di coretan ibu Kiya berikutnya ya, Mak. 😗😗😗

___

#InstitutIbuProfesional #MatrikulasiIIPSJSbatch5
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��
Lebih baru Terlama

Related Posts

Posting Komentar