header coretan ibu kiya

Masa Kecilku

2 komentar
Ibu profesional Semarang
My Quote

Kehidupan bukan seperti segelas bir, yang setiap saat terasa getir. Bukan juga seperti segelas sirup pandan, yang selalu manis di setiap tegukkan. Tapi hidup ini, seperti secangkir kopi. Pahit dan manis, hadir saling mengimbangi. ― Lenang Manggala

Jika kau tanya apa kenangan terindah di masa kecilku, pasti akan kujawab ‘buku’.
Jika kau ingin tahu apa hobiku dulu, bisa kupastikan bahwa 'menulis diary’ dan berimajinasi menduduki puncak hierarki.

Jangan … jangan kau tanya dari siapa kebiasaan baik itu menurun, karena tak kan sepenuhnya percaya jika semua itu menjadi tempat pelarian.

Sejak kecil, aku sudah dibawa ibu merantau. Jauh dari Bapak dan sanak saudara. Hidup berdua di perantauan yang harus memikul tanggung jawab sendiri, membuat ibu bekerja keras pagi hingga malam tiada henti. Aku tahu, bukan sebuah kesengajaan jika pada akhirnya aku terabaikan.

Meski secara waktu dan kehadiran ibu tak mampu memenuhi, tetapi tak pernah sekalipun kebutuhan hidupku terlambat dicukupi. Maka, sesakit apa pun rasa iri terhadap kehidupan teman-temanku yang harmonis itu menyerang, tak sanggup rasanya untukku menuntut berlebihan. Satu-satunya teman mengusir sepi yang kumiliki adalah buku dan diary.

Masih hangat dalam ingatan, betapa dulu aku menjadi penggila buku. Tak puas dengan koleksi buku di perpustakaan sekolah, seminggu sekali kurelakan diri berjalan jauh ke perpustakaan daerah.

Ah, betapa indahnya dulu. Kami yang masih unyu-unyu itu jalan bersama sambil bercengkrama. Tiada rasa takut yang menghantui meski melewati tempat-tempat sepi. Ya, kala itu kehidupan anak-anak terasaindah, karena alam dan lingkungan begitu bersahabat.

Tidak seperti sekarang, di mana orang tak lagi berperasaan. Penculikan, pemerkosaan, perampokan, dan berbagai perbuatan keji menjadi momok yang merenggut kebebasan untuk menempa diri menjadi anak yang pemberani.

Kehadiran buku bacaan di masa kecilku dulu, tak hanya menjadi pelipur lara saat rasa sepi menghampiri. Tokoh-tokoh dan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya memantik nyala api imajinasi.

Tak jarang, dari buku yang kubaca, aku memperoleh banyak kosakata yang terangkai indah dalam bait pantun atau puisi. Indah bagiku kala itu, dalam kacamata kanak-kanak tentunya. Barangkali jika sampai saat ini tulisan-tulisan itu masih bisa kutemui, hanya akan mengundang gelak tawa dan rasa malu yang menerpa.

Entahlah, setiap kali goresan penaku menorehkan rangkaian aksara dalam buku diary, rasanya dunia yang begitu luas bisa kumiliki. Bahagia, sedih, sakit, marah, kecewa, dan berbagai rasa yang bergejolak dalam dada ikut terlepas bersama kata-kata yang kutuliskan di dalamnya.

Kebebasan dan kebahagiaan kian terasa manakala aku bisa membeli diary baru dengan sampul bergambar tokoh kartun favorit yang sedang naik daun kala itu. Terlebih jika bisa membeli pena dengan tinta berwarna dengan taburan glitter untuk menuliskan rangkaian aksara di dalamnya.

Ah … meski ada sisi kelam dalam kehidupan kanak-kanakku, semua kesedihan itu dapat terobati. Masa kecilku menjadi berwarna dan menyisakan kenangan tak terlupakan karena kehadiran buku bacaan dan diary dengan sampul tokoh kartun favorit yang selalu berganti mengikuti perkembangan acara televisi.

Seperti pepatah, witing tresno jalaran saka kulina. Jika dalam peribahasa, ada istilah 'alah bisa karena biasa’. Bagiku, kedua mantra itu saling melengkapi. Mungkin, dari sinilah kebiasaan menulis itu menjadi candu yang membelenggu diriku hingga saat ini.

Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya. – Ali bin Abi Thalib

___

#wanita&pena
#10dayschallenge
#RumbelLM
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

2 komentar

  1. Penulis dan buku adalah dua hal yang tak terpisahkan ya :) Seseorang yang mengaku bercita-cita menjadi penulis pasti menasbihkan membaca sebagai salah satu hobinya. Aku aja sampai minus gara-gara kebiasaan baca buku yang susah dihentikan. Kalau udah kadung baca pengennya cepat selesai, sampai udah disuruh tidur sama ibu, diam-diam nyembunyiin buku di bawah bantal hihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru ya mbak. Aku juga lhoh sering umpet-umpetan gitu demi merampungkan bacaan. đŸ˜‚

      Hapus

Posting Komentar