header coretan ibu kiya

Guru Merdeka Mengajar

Posting Komentar
Hari Guru
Hari Guru

Semua materi dan teori yang tertulis rapi dalam rancangan pembelajaran sudah diajarkan, dijejalkan dengan paksa demi mengejar keterbatasan waktu yang diberikan.

Libur semesteran hanyalah sedikit ruang untuk mengistirahatkan diri dari rutinitas mengajar. Pada kenyataannya, kami disibukkan oleh persiapan tahun ajaran baru dalam kepungan tugas administrasi yang menyita waktu. 

Lembur ngetik, saat ada pergantian kurikulum; antre ngeprint berlembar-lembar administrasi hingga sore hari menjadi kegiatan sampingan yang tetap kami syukuri. Tak jarang kami lupa diri melewatkan makan siang demi tugas segera terselesaikan dan kembali pulang memeluk buah hati tercinta yang sudah menanti dalam ketidaksabaran.

Tetap belajar mengikuti perkembangan zaman demi menyajikan pembelajaran yang terbaik untuk anak-anak meski terkadang bentrok dengan ketersediaan media dan keterbatasan waktu ajar.

Sesekali, ingin mengajak mereka bercengkrama dengan alam, mencari inspirasi demi menghasilkan puisi atau sekadar cerita pendek yang indah untuk dinikmati. 

Mengajak mereka berdebat dengan cara yang tepat, bernegosiasi, agar memiliki keterampilan bahasa yang mumpuni sebagai bekal bersaing di dunia kerja. Nyatanya, banyak faktor yang membuat mimpi terhenti dalam angan belaka. Karena kelas gaduh sedikit saja, keluar mosi tidak percaya. Dianggapnya kami tak becus mengelola kelas yang secuil saja.

Bukan, ini bukan keluhan ... tapi seperti inilah realitanya. Guru dituntut untuk memberikan yang terbaik, mencetak generasi gemilang dalam kehidupan tapi terlalu banyak aturan dan kegiatan sampingan yang mengekang.

Tak cukup dua atau tiga kali kudengar celoteh dari luaran. Mereka bilang, "Kerja guru itu profesi paling enak. Ora perlu rekasa, tinggal ngomong neng ngarep kelas, bali gasik, gajine gede."

Wahai Budiman, hidup itu sawang sinawang. Dibalik senyum para guru yang menawan, tak pernah kau lihat tetesan keringat demi memenuhi standar nilai yang orang tua tuntutkan. Belum lagi frustasinya diri ketika menghadapi akreditasi dari penilik sekolahan.

Sungguh, perjuangan mereka itu tanpa pamrih. Karena dilandasi cinta kasih. Cukuplah berikan dukungan, tanpa perlu melontarkan kalimat-kalimat meremehkan.

Mereka tak butuh pujian apalagi dielu-elukan, karena sumber kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika melihat anak didik melesat menggapai mimpi tapi tetap takzim dan tak lupa dari mana berasal.

Selamat hari guru kawan, semoga dengan kebebasan bergerak yang diberikan oleh Menteri Pendidikan, langkahmu semakin luas, mencetak generasi unggul, unggul dalam karya juga berakhlak mulia, yang dapat membawa kemajuan bangsa.

Semoga.

#coretanIbuKiya yang pernah merasakan pahit manisnya kehidupan seorang guru.





Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

Posting Komentar