header coretan ibu kiya

Jajanan Khas Ramadan : Dicari meski Sulit Dijumpai

4 komentar

Yeorobun, annyeong!

Apa yang terlintas dalam benak teman-teman saat mendengar tentang jajajan khas ramadan? Wait, apaan sih Buk, datang-datang langsung bahas makanan dan ramadan? Hihiii... menapaki pertengahan Januari kali ini, aroma ramadan mulai menguar di seluruh penjuru negeri kan? Boleh dong kita sambut kedatangannya dengan suka cita, salah satunya mulai gibahin bersama lewat goresan pena. Ceilahhh, bahasanya. 😆


Zaman dulu, iklan sirup di televisi jadi indikator yang tak terbantahkan. Kalau sekarang, terutama buat Ibu-ibu mah, iklan gamis, koko, dan mukena edisi terbaru di sosial media yang jadi penandanya. Bahkan banyak orang menjadi penjual gamis koko dadakan saat ramadan tiba. Kamukah salah satunya? Kalau Ibu Kiya sih jelas iya. Luar biasa efek perkembangan teknologi ini. 😂

Jajajan Tradisional Ramadan

Ngobrolin tentang ramadan tuh, ada aja yang bisa dibahas ya, Teman-teman. Mulai dari hal yang perlu dipersiapkan untuk menyambut kehadirannya, tips-tips selama menjalani puasa, berbagai kegiatan istimewa yang menyertai, dan sudah pasti yang paling dicari, jajanan khas yang hanya ada saat ramadan saja.


Uniknya, kita biasa menyebut jajajan khas ramadan ini dengan istilah takjil. Padahal secara harfiah jelas salah kaprah. Kok bisa? Penasaran kan? Check it out!

 

Salah Kaprah tentang Takjil

“Jangan lupa, besok jatah kita memberikan takjil di masjid lho Bu,” ucap Annisa kepada Ibunya.
“Takjil gratis, silakan ambil.” Sebuah tulisan yang tertera di kardus berisi jajanan ringan.

Hal seperti ini tentu sudah tidak asing bagi kita. Jika dilihat dari konteks kalimatnya, takjil bagi orang Indonesia diartikan dengan 'makanan/ menu berbuka puasa’, lebih khususnya lagi, identik dengan kurma, dan kolak. Betul tidak?


Jika dilihat dari makna yang sesungguhnya, jelas ini salah kaprah. Kata takjil merupakan serapan dari bahasa Arab, sebuah kata dasar dari ajjala, yu’ajjilu artinya menyegerakan, mempercepat. Makna takjil menurut ilmu bahasa Arab ialah “penyegeraan, bersegera, percepatan”. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tak·jil berarti mempercepat (dalam berbuka puasa). Maksud menyegerakan di sini adalah bersegera untuk membatalkan/berbuka puasa, sebagaimana yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw.


Jadi, kata takjil secara harfiah merujuk pada kata kerja, bukan bendanya atau dalam hal ini makanannya. Sudah paham kan sekarang? Meski sudah tahu dan paham, kalau orang Indonesia sih tetap saja menyebut jajanan khas ramadan dengan takjil karena kebiasaan. Hayoo ngaku, masih seperti itu kan? Tunjuk diri sendiri juga sih ini.

 

Jajanan Khas Ramadan di Tegal

Berbicara mengenai ramadan, kurang lengkap rasanya jika tidak membahas menu berbukanya. Ternyata, di berbagai wilayah Indonesia memiliki menu kudapan atau jajanan pembuka yang istimewa. Kudapan ini hanya ada atau bisa kita jumpai saat bulan ramadan saja.


Di Tegal, ada tiga makanan tradisional yang paling dicari saat ramadan. Menurut cerita dari leluhur, sebenarnya makanan tradisional ini masih ada dalam keseharian, tetapi sulit ditemukan, karena jarang sudah yang membuatnya. Namun, selama bulan ramadan, marak dijajakan dan menjadi incaran.

 

1. Ongol-ongol, Si Cokelat Kenyal yang Manis

Mayoritas masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing dengan kue atau jajanan tradisional ini. Bahkan, beberapa mengklaim sebagai makanan tradisional khas dari daerahnya, termasuk Tegal salah satunya.


Bahan utama pembuatan ongol-ongol adalah tepung sagu. Namun, bila tidak ada tepung sagu, bisa juga dibuat dengan bahan tepung hunkwe. Kue ini memiliki tekstur kenyal dan lembut. Dalam pembuatannya, tidak memerlukan pewarna dan pemanis buatan, sehingga aman dikonsumsi oleh semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Jajanan Khas Ramadan

Perbedaan ongol-ongol khas Tegal dengan daerah lainnya terletak pada warnanya. Kalau di daerah lain sebagian besar membuat ongol-ongol dengan warna-warni yang cerah, di Tegal hanya warna cokelat yang dijumpai. Rasanya manis, berasal dari gula jawa yang digunakan sebagai bahan pembuatan. Kepekatan warna kuenya tergantung pada jenis gula Jawa yang dipakai.


Dalam penyajian, ongol-ongol ditaburi parutan kelapa dan dibungkus menggunakan daun pisang atau daun jati. Tentu saja hal ini menambah cita rasa kenikmatan ongol-ongol itu sendiri. Lebih-lebih, jika dimakan sebagai camilan teman minum teh panas alias moci.

 

2. Puli, Jajanan Khas Ramadan yang Bikin Ketagihan

Puli berbahan dasar beras ketan. Dibuat dengan cara dikukus lalu ditumbuk hingga lembut dan berbentuk padat. Puli yang sudah jadi berwarna cokelat muda atau krem. Rasanya gurih, dan teksturnya kenyal.

Jajanan Tradisional Khas Ramadan

Puli disajikan dengan membuat sayatan tipis-tipis, dan tidak terlalu lebar, dari puli padat hasil tumbukan. Seporsi puli biasanya terdiri dari 4 - 5 lembar sayatan. Lembar-lembar puli hasil sayatan itu digulingkan di atas parutan kelapa hingga rata menutup seluruh bagiannya. Lalu, di atasnya diberi toping gula merah cair yang kental dan manis, biasanya disebut dengan istilah ocar-acir. Seperti halnya ongol-ongol, umumnya penjual akan menyajikan puli dengan cara dibungkus menggunakan daun pisang atau daun jati.

 

3. Gemblong Ocar-Acir, Legit Menggigit hingga Potongan Terakhir

Gemblong ocar-acir terbuat dari singkong. Proses pembuatannya cukup memakan waktu yang lama. Singkong dikupas dan direbus sampai matang, kemudian ditumbuk menggunakan alat berupa lumping batu dan alu hingga halus dan lembut.  Setelah itu, adonan singkong diletakkan pada wadah datar dan diratakan.

Jajanan Tradisional Ramadan

Penyajian gemblong kocar-kacir dengan cara dipotong kotak-kotak kecil, ditaburi kelapa parut, dan diberi gula merah cair yang kental dengan cara dituang serampangan. Itulah sebabnya disebut kocar-kacir, kalau dalam bahasa Tegal menjadi ocar-acir. Sebagaimana dua jajanan tradisional lainnya, gemblong ocar-acir juga disajikan menggunakan daun pisang dan lidi, kalau orang Jawa menyebutnya dipincuk.


Ketiga jajanan tradisional tersebut menjadi makanan berbuka puasa yang paling dicari di kota Tegal. Selain karena cita rasa unik dan keberadaannya yang langka di hari-hari biasa, harganya relatif murah sehingga bisa dijangkau siapa saja.


Di Tegal, saya biasa membeli jajanan tradisional khas ramadan tersebut dengan harga 2000 rupiah saja per porsi. Satu porsi sudah sangat mengenyangkan bagi saya yang doyan jajan ini, sangat terjangkau bukan? Hal ini tak sebanding dengan proses pembuatannya yang memakan waktu juga tenaga. Itulah sebabnya keberadaanya kini mulai langka. Hanya bisa dijumpai saat ramadan saja. Makanya tak heran jika menjelang waktu berbuka tiba, lapak penjual jajanan tradisional ini penuh sesak oleh pembeli yang rela antre lama. Jadi, mana yang paling menggoda selera untuk segera dicoba dari ketiganya? Semoga tulisan ini menambah wawasan dan referensi menu berbuka saat ramadan nanti. 😍

 

Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

4 komentar

  1. Semua jajanannya bikin ngiler maak, iya yaa ga berasa 2.5 bulan lagi Ramadhan semoga kita di beri usia panjang untuk bisa bertemu Ramadhan.

    BalasHapus
  2. Wah itu jajanan yang pernah saya makan semua. Memang saat ini sudah jarang ditemukan jajanan tradisional di atas huhu

    BalasHapus
  3. Kalo di Medan gak kondisi ramadhan juga sering Nemu ongol-ongol gula merah mba.
    Disini kalo ramadhan, jajanan pasar yang khas adalah Anyang pakis dan bubur pedas Melayu, Jongkong, toge panyabungan, dan masih banyak makanan tradisional lainnya

    BalasHapus
  4. Ya ampun jajanan Tegal kok menarik banget ya rasanya pengen icip, terutama ongol ongol tuh ga kerasa bentar lagi udah ramadhan ya

    BalasHapus

Posting Komentar