header coretan ibu kiya

Keluarga Baruku

Posting Komentar
Matrikulasi Institut Ibu Profesional
Keluarga MIIP SJS B5


Terkadang ada baiknya kita berduka,
agar terasa betapa gembira, pada saatnya kita bersuka

terkadang ada baiknya kita menangis,

agar terasa betapa manis, pada saatnya kita tertawa

Terkadang ada baiknya kita merana,

agar terasa betapa bahagia, pada saatnya kita bahagia

dan jika sekarang kita berpisah, itupun ada baiknya

agar terasa betapa mesra jika pada saatnya nanti kita ditakdirkan bertemu lagi. –Ayatrohaedi

Malam ini terasa begitu sepi. Tak seperti malam-malam biasanya, kali ini aku masih terjaga. Entah mengapa, sulit rasanya memejamkan mata, atau sekadar rebahan saja. Tepat pukul 21.00 tadi, grup yang selama tiga bulan belakangan menjadi rumah keduaku telah dihapuskan. Membawa ingatanku kembali pada masa yang telah terlewatkan.

Masih teringat jelas dalam benakku, akhir Januari kami memasuki rumah baru ... matrikulasi iip sjs batch 5 demikian namanya. Kami berasal dari berbagai kota yang berbeda, dengan latar belakang pendidikan dan profesi yang tak sama, dari usia muda maupun tua, yang masih duduk di bangku kuliah hingga yang sudah beranak cucu pun ada. Ah, sungguh elok nian kelas kami.

Secara wilayah, seharusnya aku masuk di kelas matrikulasi Semarang, tetapi karena antusiasme para wanita pembelajar yang tak terbendung, terdamparlah namaku di kelas campuran. Matrikulasi IIP SJS bacth 5 ini menaungi para wanita pembelajar dari wilayah Semarang, Jepara, dan Salatiga. Bisa kau bayangkan bukan, betapa berwarnanya?

Sungguh … beruntung sekali aku berada di dalamnya, hampir setiap hari selalu tersaji menu baru yang membuat kami tak sabar menanti. Ada kalanya kami tertawa bahagia bersama, aura kebahagiaan, dan keceriaan selalu ditebarkan oleh mom Cindy dan mom Deva setiap paginya. Jika akhir Minggu tiba, mendadak rasa cemas, dan ketegangan akan mendera, ketika deadline pengumpulan nhw sudah di depan mata.

Tak cukup sampai di situ, banyak ilmu baru yang kami dapatkan di kelas ini. Mulai dari dunia masak-memasak yang dipandu oleh chef handal dari Semarang, mbak Nafisa kesayangan, selalu aku repotkan. Maafkan ya Mb, ibu Kiya ini sering minta bantuan dalam banyak hal. 🙏😘

Mau ngobrol bahasa Internasional pun bisa, bahasa Perancis dengan mb Aulia, ataupun bahasa Inggris dengan Bu’e Yayuk tercinta. Soal bisnis, ada ibu muda luar biasa, Mb Hida, pengusaha perhiasan dari Jepara. Konsultasi kesehatan dengan dr. Nurika yang lembut dan bersahaja juga bisa. Belum lagi soal dunia kepenulisan, homeschooling, kecantikan, dan berbagai ilmu lainnya, semua ada pakarnya.

Jika diminta menceritakan mereka satu persatu, tentu tak akan ada habisnya aku bercerita, karena mereka begitu istimewa. Satu yang perlu dicatat di sini, kami tidak pernah saling menggurui. Yang ada, kami hanya saling berbagi dari hati, memposisikan diri dengan sejajar, sebagaimana mantra IIP yang selalu didengungkan, “Semua Murid, Semua Guru”.

Melalui matrikulasi, diri ini merasa terlahir kembali. Tahap demi tahap yang telah dilalui membuat kita semakin mengenali diri sendiri. Tentang siapa aku, dan apa misi hidup yang ingin kujalani di bumi ini, seolah terbentang menjadi daftar panjang yang tak hanya perlu dipelajari, tetapi juga harus segera direalisasi.

Dari kelas ini pula, mimpi besarku yang telah lama mati suri bangkit kembali. Sungguh, syukur tiada terkira Allah pertemukanku dengan komunitas yang luar biasa. Yang mampu menjadikanku ibu rumah tangga biasa tumbuh menjadi wanita yang lebih percaya diri, merasa istimewa, dan terdorong untuk terus berkarya. Ibarat kata, seorang itik buruk rupa telah dirubah menjadi putri Cinderella.
Hahahaaa … perumpamaan yang maksa banget ya. 😂😂😂

Malam semakin larut, Hujan Bulan Juni dari Eyang Sapardi Djoko Damono yang mengalun lembut, terdengar perlahan. Entah karena lirik atau musik yang mengiringinya yang begitu sempurna, membuat dada ini kian terasa bergemuruh. Rasa cinta berbalut luka yang tak mampu terungkapkan bergelayutan dalam jiwa.

Ya … meski baru 3 bulan kami bersama. Hati kami telah tertaut menjadi satu. Satu rasa dalam satu jiwa, begitulah adanya. Dan kini … ketika hati kami telah saling tertaut satu dengan lainnya, kami dipaksa berpisah karena memang begitu aturannya. Bisakah kau bayangkan betapa sakit rasanya?

Sahabat, terima kasih atas semua ilmu dan kenangan indah yang kau tinggalkan dalam hari-hari indahku. Meski kini kita tak lagi berada dalam grup yang sama, mari kita saling memeluk dalam untaian doa. Kita lanjutkan perjuangan dan mimpi yang telah kita azam-kan masing-masing. Tetap berkarya dan jangan pernah letih berbagi, hingga di 2020 nanti kita akan dipertemukan di puncak mimpi dan kesuksesan, buah dari jerih payah kita saat ini.

Salam sayang dan cinta dariku, yang mencintai kalian karena Allah,

Nining Ibu Kiya


***
Diikutkan dalam May's Challenge : Gratitude Journal Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang www.ibuprofesionalsemarang.com


___

#RumbelLiterasiMedia #GratitudeJournal #CoretanIbuKiya #IbuProfesionalSemarang #NulisYuk!
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

Posting Komentar