header coretan ibu kiya

Sekolah dan Pendidikan Rumah

2 komentar
Oleh Nining Purwanti

Natur walk
Autumn

Suatu ketika, kami sedang dalam perjalanan dan Kiya asyik bercerita, mengomentari apa saja yang dilihatnya. Seorang ibu yang duduk tak jauh dari kami bertanya, “Wah, pinter ya. Siapa namanya?”

“Kiya,” jawabnya sambil tersipu malu.

“Sudah sekolah belum?”
“Belum.”


Sang ibu pun mempertanyakan kepada saya kenapa anak secerdas ini tidak disekolahkan saja. Eman-eman menurutnya.

***

Lain waktu, di sebuah warung, seorang wanita kembali terusik untuk bertanya karena mendengar keceriwisan Kiya dalam bercerita. “Ya Allah, pintere. Sekolah di mana mbak, anaknya?” tanya beliau pada saya.

“Dereng sekolah, Bu. Teng nggriyo mawon,” jawabku dengan sopan disertai senyuman mengembang. Namun, reaksinya di luar dugaan. Beliau hanya terdiam, tak jelas antara tidak percaya atau menganggap pilihan saya sebagai sebuah kesalahan juga.

Pendidikan rumah
Bercumbu dengan Angin

Home education
Melompat Lebih Tinggi

Penilaian seperti itu tak hanya sekali dua kali saya terima. Sebagian besar orang menganggap bahwa 'sekolah adalah segalanya’, 'sekolah menjadi pilihan satu-satunya’.

Sebegitu vital-kah keberadaan sekolah hingga mampu membunuh rasa percaya diri sebagian besar orang tua untuk membersamai proses belajar anak sendiri?

Lalu, dari mana sumber keberanian kita dulu saat menemaninya belajar berguling, merangkak, berjalan, makan, minum, dan keterampilan sederhana tetapi sangat penting itu? Bukankah itu bukti bahwa sebenarnya kita mampu?

***

Pendidikan di rumah
Mengejar Mimpi

Sungguh … jika sampai detik ini kami belum menyekolahkan Kiya seperti teman-teman yang lain, bukan berarti kami tak sayang, apalagi kami tak punya pikiran.

Mengutip tulisan mbak Ellen, dalam metode Charlotte Masson, semerdeka apa pun anak, selalu ada seperangkat prinsip pemandu dalam pendidikan mereka yang orang tua wajib jalankan. Di 'periode emas’ prasekolah, prinsip itu antara lain : sebanyak mungkin outdoor life dan nature study, habit training, eksposur pada living books dan karya-karya maestro, juga optimalisasi motorik kasar dan halus.

Itulah yang sedang kami upayakan pada Kiya dalam jalan sunyi ini. Terlepas nanti tetap menuruti keinginan Kiya untuk bersekolah seperti teman-temannya atau melanjutkan perjalanan ini, itu soal nanti. Saat usianya sudah siap untuk menjalani rutinitas terjadwal.

Satu yang pasti, sekolah atau tidak nantinya, sebagai orang tua kitalah yang paling bertanggung jawab dalam kehidupan anak. Apalah artinya menyekolahkan anak sementara orang tua lepas tangan dan menuntut hasil yang maksimal.

Sekolah formal, atau non formal itu pilihan, tetapi pendidikan di rumah (home education) itu tanggung jawab orang tua yang tidak boleh diabaikan. 😊

___

#komunitasonedayonepost
#odopbatch6



Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

2 komentar

  1. Keren mba, aku belum sanggup seperti itu. Masih fokus dg pekerjaan domestik 😥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belajar juga mbak. Sambil jalan. Semangat mbak, sawang sinawang. Apapun pilihan kita itu yang terbaik untuk anak. 😘😘😘

      Hapus

Posting Komentar