header coretan ibu kiya

Birama Rona Budaya | Book Review and Giveaway

14 komentar
Review buku Birama Rona Budaya
Birama Rona Budaya

Judul Buku : Birama Rona Budaya
Penulis : Alumni RWC, One Day One Post 

Penyunting : Lutfi Yulianto 
Penyelaras Akhir : Heru Sang Amurwabhumi 
Tata Letak : Silvia Rahmawati 
Desain Sampul : Embrio Publisher 
Diterbitkan oleh : Embrio Publisher 
Dimensi Buku : 178 hlm, 13 x 20,5 cm 
Cetakan, Tahun Terbit : 1, Oktober 2018


“Wah, carok nih!” seru Arva pelan tertahan. 
“Shuuut, jangan ngomong, nanti kita yang diajak carok juga.” Cepi menutup mulut Arva dengan tangan kirinya sedang sebelah tangannya tetap menahan rambut Arva agar tidak mengembang. 


Sebuah jitakan pelan pendarat di kepala Cepi, “Dodol, carok itu di Madura.” Bibin mengkoreksi ucapan Cepi. Cepi menyikut tangan Bibin lalu berbalik hendak membalas jitakan Bibin tadi.

“Eh... eh... itu rambut si Arva ngembang lagi, tahan, tar lu ga bisa liat tuh tawuran loh.” Segera Cepi berbalik keposisi semula. Tampak kedua kelompok itu sedang serius berbicara. Semua melihat dengan cemas, apakah akan ada tawuran antar warga sebentar lagi? 

“Pak, ada apa ini sebenarnya?” tanya Mimi pada supir mereka. 
“Oh, itu mbak, Ada pasangan yang kawin lari.” 


“Waaah... Pasti itu mau berantem ya pa?” tanya Arva. 
“Ih diem lu, Va! Jangan gerak mulu, geli nih rambut lo!” protes Cepi. 


“Bukan berantem, Mas, meraka sedang berunding. Ada seorang pemuda dari luar desa Sade yang jatuh cinta pada wanita Sade, karena mereka tidak direstui ayah si gadis namun sudah sama-sama cinta, akhirnya mereka sepakat untuk lari. Biasanya mereka janjian di suatu tempat kemudian si gadis disembunyikan di keluarga si pria. Setelah tiga hari pihak keluarga pria akan datang dan harus menunggu di ambang desa untuk mendapat ijin menikahkan anak mereka. Nah itu yang tadi datang dari desa, itu adalah kepala suku di sini. Jika pernikahan disetujui, mereka akan di persilahkan masuk desa untuk membicarakan pernikahan.” Pak supir memberi penjelasan panjang lebar.

"Terus, kalo tidak disetujui, gimana pa?” Lia lanjut bertanya.
...

(Culik Apa Lari, Ya? - Mutia Rachmat)

***

Saat-saat terakhir ramadan seharusnya aku bisa mereguk nikmatnya i’tikaf bersama teman-teman di kota Padang kampus perjuangan, namun aku malah tenggelam bersama rangkaian padatnya skedul yang telah didesain mama. Itu adalah sesuatu yang sulitku tawar-tawar dan bersifat WAJIB!

"Uni kenapa urang awak suka memilih hari baik untuk baralek pas bulan syawal ni? Bahkan teman-temanku pun banyak yang mengadakan alek (pesta) bulan syawal ni.”

"Sebenarnya bukan juga karena kebaikan bulan syawalnya Im, urang awak lebih melihat momennya yang lebih tepat setelah lebaran, pertimbangan mama kan katanya dunsanak banyak yang mudik pas lebaran, hari lebaran urang kampuang masih larut dalam suasana suka cita dan berhari raya, masak randang pun bisa dirapel buat kebutuhan lebaran dan baralek meski harga daging melonjak dibeli saat bulan ramadan. Hahahah” jawab uni seadanya.

“Hahahhaha iya ya ... untungnya lebih banyak ya, ni.” Kami tergelak bersamaan sambil terus melipat kertas serbet warna-warni untuk kebutuhan baralek uni-ku semata wayang yang baru dua bulan yang lalu dipinang oleh Uda Hasan, pemuda sholeh di kampung kami yang baru saja menyelesaikan studinya di negeri 1000 menara, Al Azhar University.
...

Kemarin-kemarin, aku pernah meledek bahkan bertekad tidak ingin menikah dengan pemuda dari kampung ini, karena aku terlanjur skeptis dengan beragam adat baralek yang semakin komplek jika pasangan pengantin berasal dari kampung yang sama.

(Baralek Barayo - Zyl Furqani)

***

Birama Rona Budaya adalah antologi yang ditulis oleh alumni Ramadan Writing Challenge 2018 dari komunitas One Day One Post bersama penerbit Embrio. Kumpulan cerpen yang mengangkat budaya dari berbagai wilayah Nusantara. Meski dikemas dalam genre fiksi, semua adat dan budaya yang diceritakan memang nyata. Ada di Indonesia.

Seperti penggalan kisah di atas, dalam cerpen berjudul Culik Apa Lari, Ya? Mutia Rachmat mengisahkan adat kawin lari di Lombok. Kita akan menyaksikan bagaimana adat pernikahan di Lombok apabila sepasang pengantin tidak mendapat persetujuan dari orang tuanya. Mulai dari istilah-istilah unik yang baru pertama kali saya dengar, hingga prosesi adatnya dijabarkan dengan asyik dan mengalir.

Baralek Barayo. Dalam cerpen ini, penulis menceritakan mengenai adat pernikahan di ranah Minang, Sumatera Barat. Adat pernikahan yang membuat Ima (sang tokoh utama) skeptis untuk menikah dengan orang sesuku. Wow, serumit apakah adatnya hingga demikian?

Tak hanya itu, penulis juga menuliskan percakapan antar tokoh menggunakan bahasa Minang, sehingga menambah wawasan bagi pembaca.

Selain kedua kisah itu, masih ada lima belas kisah dengan tema budaya lainnya. 

BIRAMA NADA BAMBU - Ajie A. Mahendra 

CERITA ANA LOKA DARI PESISIR - Lisa Pingge
DILEMA REMAJA DESA - Lutfi Yulianto 
BERMULA DARI JARO - Naila Zulfa 
TAK TAHU NAMANYA - Listkanisa R. Mega 
PERTEMUAN SATU SURO - Elok Muhibbatul Farida 
A LETTER FROM THE WISDOM - Sulistia Wargi
TRADISI MARANTAU DI RANAH MINANG - Purple Rose 
BARI'AN - Reni Noer 
PESTA LOMBAN - Abdul Fatah 
TAK MAU, TETAPI HARUS - Astika Rosita Afriliana 
MENANG LOMBA MACAPAT- Apri Kuncoro 
BUKAN SULAP BUKAN SIHIR - Iis Khairiyah 
FILOSOFI DAUN JATI - N. Purwanti 
BUDAYA PELAJAR - M. Rafiyudin 


Meski menceritakan adat dan budaya, para penulis mampu mengemas dengan diksi  

indah dan menarik. Cerita mengalir dengan  

berbagai konflik yang menggelitik.


Buku ini saya rekomendasikan untuk dimiliki dan dibaca oleh semua kalangan, dari remaja hingga dewasa. Dengan mengenal keanekaragaman adat budaya dari berbagai wilayah Indonesia, kita akan merasa memiliki. Pada akhirnya membuka wawasan bahwa Indonesia indah karena keberagamannya.


Review buku Birama Rona Budaya
Giveaway Birama Rona Budaya

Nah, ada kabar baik nih. Kalau kalian ingin memiliki buku keren ini secara gratis. Ada satu buku Birama Rona Budaya yang akan diberikan secara cuma-cuma.

Caranya? Mudah. Ikuti ketentuan Blog Tour dan Give Away di bawah ini.

1. Berdomisili atau alamat pengiriman di Indonesia.

2. Like fanspage One Day One Post  dan follow instagram @komunitas.odop; Like fanspage Penerbit Embrio dan follow instagram @penerbitembrio; Follow blog ini (www.coretanibukiya.blogspot.com), instagram @nining_ibukiya.
3. Share postingan ini ke akun media sosial kalian, seperti facebook, instagram maupun twitter (boleh pilih salah satu), dan beri hastag #blogtourgiveawaybiramaronabudaya.
4. Tulis pendapatmu mengenai budaya yang ada di Indonesia. Boleh adat di daerah sendiri atau secara umum. Posting di kolom komentar postingan blog tour dan give away ini (dalam beberapa kalimat singkat).
5. Sertakan nama, alamat email yang bisa dihubungi serta cantumkan akun media sosial kalian seperti facebook, instagram dan twitter.

Pemenang akan dipilih dari komentar paling menarik dan memenuhi persyaratan. Semoga beruntung. 😊


BLOG TOUR DAN GIVEAWAY INI BERLAKU DARI 9 –  14 NOVEMBER 2018.




Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

14 komentar

  1. Seru ya mbak kisahnya berlatar budaya nusantara, penasaran sama bukunya, sdh nggak sabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak.
      Ayok mbak Nai, ceritakan di sini budaya di daerah mbak Naila. 😍

      Hapus
  2. Balasan
    1. Giveaway nya kirim dari penerbit langsung nanti mbak. Ayok ikutan kuisnya.

      Apa budaya/ adat yang masih ada di desanya mbak Yuliani sampai sekarang?

      Hapus
  3. Menurut saya, budaya di Indonesia sangat unik. Apalagi tentang toleransi. Beberapa negara, saya rasa, dari yang saya baca, ada yang kurang menjunjung tinggi nilai toleransi. Budaya sopan santun juga sangat terjaga di Indonesia. Benar-benar indah.

    Lutfi Yulianto
    Lutfiyulianto40@gmail.com
    Fb : Lutfi Yulianto Iyan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Toleransi dan sopan santun itu ciri khas negara kita ya Cak. Istilah kerennya, adat ketimuran. Semoga akan selalu ada sampai akhir zaman.

      Makasih Cak, sudah berpartisipasi.

      Hapus
  4. Di daerahku budaya sudah mulai luntur terutama tentang tata krama dan unggah ungguh. Budaya yang berkembang justru budaya yg mengandung cerita mistik seperti jathilan. Ku kira perlu ada pendidikan budaya sehingga generasi ke depan bisa memilah budaya mana yg pantas dipertahankan dan mana yg tidak. Sayang kan kalau budaya baik justru kalah dg budaya yg kurang baik

    Desty putri hanifah
    destyputri91@gmail.com
    IG: desttyputtri
    Fb: desty putri hanifah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, di daerah mana itu Kak? Sayang banget ya, mungkin Kak Desty bisa memulai melalui wadah organisasi yang ada di desa, macam karang taruna gitu kali ya kak. Semangat kak, semoga kita bisa mengenalkan budaya baik ke generasi muda meski hanya lewat tulisan ya Kak. Terima kasih sharing-nya. 😍😘

      Hapus
  5. Tentang Budaya

    Sangat bangga terlahir di Indonesia yang memiliki beragam budaya dari sabang sampai merauke. bukan hanya suku bangsa, dari beragam suku bangsa itu juga memiliki ragam bahasa daerah, baju adat, hasil budaya, rumah adat dan lainnya. wowww. Namun semua terjaga dengan baik di Indonesia dengan adanya "persatuan" dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

    Saya terlahir di KOta Situbondo yang notabene banyak keturunan madura, sedangkan ibu berasal dari keturunan jawa. Dua karakter itu terlebur menjadi satu dalam rumah dan melahirkan nilai-nilai yang menurut saya cukup dinamis. Hal ini karena sikap orang tua yang demokratis dan saling menghormati adat budaya masing-masing, nilai yang indah dan baik maka diikuti bersama. sedangkan yang kurang cocok ditinggalkan.

    Seperti apa ya contohnya? orang madura dalam berbicara cenderung agak keras dalam hal intonasi suara namun Bapak saya jusru tidak begiu. dia menyesuaikan dengan budaya ibu yang berbicara lebih kalem. Namun kedua budaya tersebut memang memiliki ciri khas dan kelebihan masing-masing. Yang saya tangkap nilai paling melekat dari orang madura (turunan sifat dari Bapak) adalah orang yang bergerak dinamis dan pekerja keras. Energik dan super ramah pada siapa saja.
    Terima kasih bapak.

    Yang terpenting kita hidup dimanapun dapat saling menghormati budaya masing-masing sehingga dapat menciptakan hidup yang harmonis dalam masyarakat.

    Sepertinya itu dulu ya pendapat saya tentang budaya.

    Hernawatiningsih
    wawak80primagama@gmail.com
    IG: hernawatiningsih
    FB: hernawatiningsih wawak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mbak. Terima kasih, sharing-nya. 😍😘😘😘

      Hapus
  6. Kata Om Kasino, "Gile lu, Ndro!"
    alias keren banget ... hehehe

    Follback my blog:
    https://dloverheruwidayanto.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Kaka, sudah kunjungan balik yes. 😊🙏

      Hapus

Posting Komentar