header coretan ibu kiya

Nyonya

16 komentar
Nyonya

Pukul delapan seperempat. Aku sudah berdiri di depan cermin meja rias. Kurapikan jilbab paris segiempat warna hijau botol dengan motif bunga-bunga yang indah. Serasi dengan tunik polos warna senada yang kukenakan. Sebagai bawahan kupilih celana kain warna hitam dengan model meruncing di bagian bawah. Lengkap dengan manik-manik putih sebagai pemanis di ujungnya.

Kutepuk-tepuk bedak tabur ke muka yang sudah mulai menua. Aku memang tak pandai berdandan. Hanya riasan sederhana yang biasa kupakai. Itupun saat tertentu saja. Seperti pagi ini, entah mengapa tiba-tiba ia memintaku bersolek untuk diajak pergi.

Sejak memutuskan menjadi ibu rumah tangga, kehidupanku hanya berputar antara rumah, anak, dapur, dan kasur. Tak pernah sempat aku menikmati waktu untuk kesenangan diri. Jangankan memanjakan tubuh, bisa makan, mandi dengan nyaman saja menjadi anugerah.

"Sayang, sudah selesai belum? Papa tunggu di mobil ya," suara suamiku membuyarkan lamunan. 
"Ya, Mas. Sebentar lagi." Buru-buru kumasukkan bedak dan lipstik ke dalam tas.

"Sayang, kamu cantik sekali hari ini. Rasanya kita baru bertemu untuk pertama kali." Ia ternganga menatapku masuk ke dalam mobil. 

"Ah, Mas bisa aja. Paling pandai membuatku melambung." Aku tersipu. Ah, rasanya sudah lama ia tak memujiku seperti ini. 1 bulan, ah tidak. 1 tahun, ah sepertinya lebih lama dari itu. Ya Rabbi, padahal dulu ia begitu romantis.

Sebuah kecupan di bibir mengejutkanku. "Kamu benar-benar cantik. Rasanya sudah lama aku tak segairah ini berada didekatmu." Dikecupnya sekali lagi bibirku.

"Jadi pergi nggak nih?" tanyaku saat ia mulai mendekatkan tubuhnya. 
"Hahaaa ...  baiklah. Kali ini kita pergi sebentar saja ya. Mumpung anak-anak tidak di rumah, aku ingin menghabiskan waktu seharian penuh ini bersamamu." Ia mengerling padaku.

"Ih, genit." Kucubit lembut pinggangnya. "Kamu mesra seperti ini cuma sama aku kan, Mas?" tanyaku menelisik. Kulihat senyum simpul di bibirnya, sementara tatapannya masih lurus ke depan. 

Jantungku berdegup kencang, seperti inikah yang disebut jatuh cinta. Rasanya kami baru saja merasakan puber kedua. Ah, kenapa baru sekarang, setelah lima tahun yang kami lalui dengan hambar.

Ah, mulai sekarang aku akan merawat diri lagi.   Jangan sampai terlambat seperti si Susi. Karena terlalu nyaman dengan keadaan, suami pergi mencari daun muda yang lebih segar. Hiii ... Aku bergidik ngeri.

Mobil terhenti. Suamiku membukakan pintu mobil. Digandengnya tanganku menuju dalam restoran. Sebuah restoran etnik yang mewah. Nama yang tak asing bagiku. Ah, iya. Beberapa waktu lalu kutemukan nota dari restoran ini. Kata suamiku, di sini ia biasa makan bersama bosnya. 

Rasa bahagia menelusup ke dalam relung hati. Tak apalah meski terlambat, aku tetap istimewa baginya. Nyatanya ia membawaku ke sini. 

Kami memilih tempat duduk di taman. Semilir angin pagi semakin menambah kesejukan hati. Tak berapa lama, seorang pelayan datang membawa daftar menu makanan. 

"Selamat pagi Pak. Wah, kok cuma berdua. Nyonya tidak ikut, Pak?" sapanya ramah, "Ini anaknya ya Pak, cantik sekali." Ia tersenyum manis kepadaku. 

Nyonya? Kutatap tajam matanya. Sementara ia begitu asyik membolak-balik buku menu.


___

#onedayonepost #fiksi #domesticdrama

Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

16 komentar

  1. Nyonya? Siapakah dia? Itu istrinya terlalu muda apa nyonya yang terlalu tua hingga dibilang anaknya?πŸ€”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa hayoo ... Ada misteri dibalik kata nyonya. Awww ... πŸ˜‚

      Hapus
  2. wah...awal manisnya akhirnya kok bikin tanda tanya
    bagus, Mbak..
    keren idenya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Wid sayang. Malu ih, masih belajar. Jadi, makin semangat nulis. 😘

      Hapus
  3. Jadi ada nyonya lain juga? Wah mbak ning keren idenya...

    BalasHapus
  4. Auto diamuk itu pelayannya sama si "Mas" πŸ˜‚ hhe mantul idenya mbakπŸ‘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakaka ... Setelah prahara itu terkuak, POV nya pindah ke mas pelayan. Apa yang terjadi dengannya? πŸ˜±πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  5. Hayolooooooo o o kamu ketahuan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, aku baca komennya auto sambil nyanyi. Ketahuan kan, angkatan tahun berapa? πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Hapus
  6. Wah, di akhir cerita ada twistnya. Menarik2!

    BalasHapus

Posting Komentar