header coretan ibu kiya

Hadiah Istimewa

2 komentar
Muhammad Teladanku
www.coretanibukiya.blogspot.com

Oleh : N. Purwanti

Suara azan Isya telah berlalu, sang malam pun telah menyapa. Seperti malam-malam sebelumnya, kali ini pun kami bertiga telah asyik bercengkrama dalam kamar usang kami yang tak begitu lebar. Kamar dengan ukuran 1,5 m x 2 m, beralaskan keramik putih bercorak guratan-guratan manis berwarna hijau muda. Meski di salah satu sudut atapnya sudah hampir lepas, tetapi begitu nyaman bagi kami untuk melepas penat dan tertidur pulas.

Rutinitas membacakan buku untuk si Cinta pun telah terlaksana, tetapi mata kami masih terjaga. “Ibu … Cinta minta maaf.” suara pelan penuh penyesalan keluar dari mulut putri kecilku secara tiba-tiba.

Aku pun terduduk mendekatinya. Entah apa gerangan yang terjadi, seingatku, hari ini ia tak berbuat kesalahan yang berarti. “Ibu … ma … afin Cinta ya.” katanya lagi sambil tertunduk dan mengulurkan tangannya padaku.


“Maaf? Untuk apa sayang?” tanyaku masih tak mengerti. Sedangkan si Cinta masih terdiam dan menundukkan pandangannya.

“Tadi sore, waktu ibu lempit-lempit baju di kamar. Cinta di bawah makanan sama Kakak. Terus Cinta ikut lihat sineton sama Kakak, Pakde, dan Mbah.” katanya penuh penyesalan.

“Maafin Cinta ya, Buk. Ibu jangan marah.” ucapnya lagi. Kali ini sambil mencium lembut tanganku.

“Cinta tahu, kenapa Ibu tidak suka Cinta nonton sinetron?” tanyaku padanya.

“Karena di sineton isinya orang jahat. Sukanya marah-marah, kalau bicara teriak-teriak. Ibu ndak mau Cinta niru yang di sineton.” jawabnya lugu.

“Apa Cinta pernah lihat Ibu nonton sinetron?” tanyaku lagi. Ia pun menggeleng.
“Maafin Cinta ya, Bu.” pintanya, karena aku belum memberikan jawaban atas permintaan maafnya. Aku pun mengangguk, mengiyakan dan memintanya untuk tidak mengulanginya lagi.

Ah, sebenarnya ini bukan kali pertama. Namun, aku sadar betul jika bukan kesalahan putriku sepenuhnya. Ia ingin berkumpul bersama keluarganya, aku pun tidak kuasa melarang sepenuhnya. Meski seringkali hatiku berontak karena perbedaan cara pengasuhan dan aturan-aturan yang kami terapkan, tetapi aku memilih mengalah sesekali demi menjaga banyak hati yang ada di sini. Saat seperti  ini, hatiku terasa begitu sakit dan bergemuruh. Ingin rasanya kuledakkan segala rasa yang ada dalam dada. Marah, kecewa, dan entah apa lagi, aku tak mampu meyebutnya. Nyatanya, aku tak kuasa, tak punya daya upaya. Hanya terdiam, dan menyimpan kekecewaan itu dalam jiwa.

“Cinta, ingat ndak cita-citanya Cinta?” tanyaku untuk memecah keheningan.

“Cinta mau ketemu Nabi Muhammad Saw sama Bunda Khadijah. Nanti kalau Cinta ketemu Nabi Muhammad dan Bunda Khadijah, Cinta mau kasih hadiah, Buk.” ucapnya berbinar-binar sambil memeragakan.

“Hadiah apa sayang?”

“Cinta mau kasih bunga yang banyak dan wangi sekali.”

“Memangnya Nabi Muhammad Saw dan Bunda Khadijah suka bunga?” tanyaku penasaran.

“Iya. Kan Nabi Muhammad saw sama Bunda Khadijah suka yang wangi-wangi. Hmmmm … harum.” jawabnya meyakinkan.

“Cinta mau gak ayah kasih tahu hadiah yang istimewa buat Rasulullah dan bunda Khadijah?” tiba-tiba si ayah yang sedari tadi hanya diam, memperhatikan sambil tiduran, angkat bicara.

“Apa yah?” jawabnya dengan antusias.

Si Cinta turun dari pangkuanku dan mendekati ayahnya. “Kalau Cinta mau kasih hadiah untuk Bunda Khadijah itu dengan doa. Bunda Khadijah pasti akan tersenyum bahagia di surga, mendengar doa-doa yang Cinta panjatkan untuknya,” jawab ayahnya dengan bijaksana, “Kalau Cinta ingin mempersembahkan hadiah istimewa untuk Rasulullah saw, dengan bersalawat.”

“Gitu ya, Yah?” tanya putriku sambil manggut-manggut. “Kalau gitu, Cinta mau doa dan salawat ah, biar Bunda Khadijah dan Nabi Muhammad saw di surga bahagia.” lanjut si Cinta dengan binar bahagia di pelupuk mata indahnya.

Dan malam ini, kami menutup malam dengan salawat bersama.

___
#TM10Najmubooks
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

2 komentar

  1. sukaaak, jadi gemesh pengen ketemu kiyaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhuhuuu ... Maafkan aku Mama duo sholih, telat nongolnya, efek lagi jarang nengok blog. 🙈🙈🙈

      Sini sini mas Agha, main ke rumah Kiya. 😍😍😍

      Hapus

Posting Komentar