header coretan ibu kiya

Buah dari Kemarahan

12 komentar
Bunda Sayang
Komprod Day 17

Siang ini ibu sedang uplek di dapur, menuruti keinginan hati untuk bikin tumis wortel super pedas. Tiba-tiba si Cinta yang dari tadi asyik main di ruang tengah mendadak turun.

“Ibuk, Kiya mau bantuin Ibuk. Ibu lagi apa itu? Kiya mau bantuin itu.” sambil nunjuk tangan ibu yang sedang memarut wortel.


“Jangan ini sayang. Ini alatnya tajem, masih bahaya untuk Kiya. Kiya bantu ulek bumbu kaya biasanya aja ya.”

“Nggak mau. Kiya mau itu. Kiya bisa, Buk. Kiya nanti hati-hati.” ucapnya penuh keyakinan.

Beberapa kali kami mengulang dialog yang sama, karena sebenarnya ibu takut Kiya terkena parut yang tajam tersebut. Namun karena kegigihannya akhirnya ibu mengizinkannya dengan pengawasan.

Selama Kiya memarut, ibu sesekali mengingatkan untuk memarut dengan pelan dan hati-hati.

Balajar memasak
Kiya memarut wortel

Satu wortel ukuran sedang lolos, dengan sisa yang tidak terlalu besar. Ia bersikukuh untuk melanjutkan ke wortel kedua.

“Boleh, tapi hati-hati ya sayang.”
“Okey Buk, Kiya pelan-pelan kok.”

Sementara ibu menyelesaikan pekerjaan yang lain, si Cinta masih asyik dengan parutannya.

“Ah udah ah. Kiya mau naik ya, Buk. Kiya capek.” Ucapnya sambil berlalu.

“Lha kenapa kok tiba-tiba? Memangnya sudah selesai?”

“Belum. Tinggal sedikit, tapi Kiya udah ah … mau ke atas.”

Akhirnya ibu pun menyelesaikan sisa pekerjaan. Begitu mau menggoreng, baru sadar kalau minyak gorengnya habis, tinggal tetes terakhir. Hadehhh … emak-emak banget kalau kumat lupanya seperti ini. πŸ˜…

Naiklah ibu ke ruang tengah, tampak si Cinta sedang duduk diam di kursi sambil melihat 'Maruko’ di televisi.

“Kiya … ibu mau minta tolong boleh?”
“Apa, Buk?”

“Beli minyak goreng ke warung De Sara.”
“Mau. Tapi pakai tangan yang ini ya.” Sambil mengangkat tangan kiri. Sementara tangan kanannya tampak kaku.

“Lha kenapa tangan satunya?” tanyaku sambil mendekat.
“Nggak mau tangan ini.” Jawabnya sambil menggoyang pelan tangan kanannya. Raut wajahnya berubah seketika, seolah sedang menahan rasa sakit tak terkira.

Setelah ibu perhatiakan dengan saksama, darah segar sudah menggenang di salah satu jari tangan kanannya.

“Lhoh, kok ada darah. Kiya kena parut?” tanyaku pelan sambil mengelus punggung tangannya.
“Huaaa ….” Tangisnya pun pecah seketika.

Dengan sigap ibu membersihkan, dan mengobati lukanya. Sementara Kiya masih terisak menahan sakit yang sedari tadi ditahannya.

“Kenapa tadi tidak bilang terus terang ke ibu sayang?”
Dia hanya menggeleng.

“Kiya takut?”
Dia pun mengangguk.

“Maafin Ibu ya. Kalau Kiya bilang tadi kan langsung diobati. Ibu nggak akan marah. Maafin ibu karena ibu nggak tahu. Maafin ibu kalau bikin Kiya takut.”

Dia pun mengangguk pelan, kemudian memeluk tubuh ibu erat-erat, seolah tak mau melepaskannya.

Setelah tenang, dan nyaman ia pun tersenyum manis ke ibu.

“Kiya di rumah saja, ya. Ibu yang ke warung.”
“Nggak mau. Kiya aja yang beli.”

“Kan Kiya masih sakit. Kiya istirahat dulu.”
“Kiya sudah sembuh. Kiya aja ya, Buk. Ya …” pintanya dengan merajuk.

Akhirnya, si Cinta pun melenggang ke warung dengan senyum mengembang di bibir indahnya.

***

Maafin Ibu ya sayang, pada saat tertentu ibu masih sering kelepasan sehingga memberi bayang ketakutan untukmu. Bismillah, kita sama-sama saling mengingatkan, dan semoga ibu bisa menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan serta meninggalkan jejak kenangan indah di masa kecilmu. Kelak engkau akan tersenyum mengenang setiap jejak-jejak kisah yang kita goreskan bersama.

Terima kasih sudah menjadi pengingat bagi Ibu untuk berusaha lebih baik lagi setiap harinya. πŸ˜‡

___

#hari17
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komprod
#komproddengananak
#bunsayjateng4
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6 #ODOPbatch6
#komunitasODOP #Day18
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

12 komentar

  1. Dan terima kasih banyak sudah menjadi pengingat bagi calon Ibu (macam saya) dan Ibu-ibu lainnya agar komunikasi aktif, produktif, dan penuh kasih sayang selalu tercipta. Hugs xoxo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbakk. Saya juga masih banyak kekurangan, masih harus terus belajar. πŸ˜‡πŸ˜Š

      Hapus
  2. Balasan
    1. Dalem, Tante. Kiss kiss Tante Ipiet yang kece badai. πŸ˜„πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜

      Hapus
  3. Balasan
    1. Terima kasih sudah mampir, Kak. Salam kenal. πŸ™πŸ˜Š

      Hapus
  4. Balasan
    1. Sun sayang juga dari Kiya buat Tante Lisa. 😘

      Hapus
  5. mba nining, keren abiz...ketemu master disini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Amie juga kereeen. Master apa mbak? Master gadungan? πŸ˜‚πŸ˜˜

      Hapus

Posting Komentar