header coretan ibu kiya

Seni Berkomunikasi dengan Suami

Posting Komentar
Bunda sayang
Komunikasi dengan Pasangan

KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN PASANGAN
Komunikasi produktif dengan pasangan, dalam praktiknya menjadi bagian paling seru untuk dijalani. Termasuk bagi saya pribadi. Latar belakang dan pola pemikiran yang berbeda menjadi faktor yang sangat berpengaruh.


Dari review di kelas bunda sayang, akhirnya saya paham, ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola komunikasi seseorang dengan pasangannya, yaitu :

a. Faktor Eksteropsikis ( Ego sebagai orangtua)

Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka
dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua.

contoh :
Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP).

Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP).

b. Faktor Arkeopsikis ( Ego sebagai anak-anak)

Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif,masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebagainya.

contoh :
Natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak.
Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.

c. Faktor Neopsikis (Ego sebagai orang dewasa)

Yaitu bagian dari kepribadian yang objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam menyelesaikan berbagai masalah.

Contoh : Mengambil simpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya.

Ketiga Ego tersebut dimiliki setiap orang, kita lihat dari caranya berkomunikasi, kalimat yang dipilih dan bahasa tubuh yang digunakan.


ANALISIS TRANSAKSIONAL KOMUNIKASI

a. Transaksi Komplementer
Jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antar pribadi, karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan.

Contoh :
Ketika suami meminta kita berbicara berdasarkan fakta, maka balas komunikasi tersebut dengan hal-hal yang logis. (ego dewasa)

Suami : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya Ma?” (menggunakan data dan logika - ego dewasa)
Istri : “Ayo kita cari tahu bareng, terakhir Papa lepas arloji itu di mana? (menggunakan ego dewasa)
b. Transaksi Silang
Terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respon sewajarnya dari komunikan, sehingga mengakibatkan terputusnya komunikasi. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan, sehingga kesalahpahaman tak dapat terhindarkan.

Contoh :
Ketika partner kita mengajak komunikasi berdasarkan ego dewasa, kita menanggapinya dengan ego anak-anak.

Suami : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya Mah?”
(menggunakan data dan logika - ego dewasa)
Istri : “Mana kutahu, aku udah capek seharian ngurus anak-anak, masih diminta ngurus arloji!”
(menggunakan ego anak-anak )
Jawaban dari istri bisa menyulut respon emosi, dan terjadi miskomunikasi.

c. Transaksi Tersembunyi
Jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggapi lain oleh si penerima.
Contoh :
Seorang ibu masuk ke dalam toko untuk membeli lemari es. Sang penjual memperlihatkan beberapa merek, dengan menyebutkan harganya. Sang ibu melihat lemari es yang tinggi dan bertanya, “Berapa harga yang tinggi itu?”
(ungkapan dari ego state dewasa dan mengharapkan respon dari ego state dewasa juga).

Penjual itu kemudian menanggapi, “Yang itu terlalu mahal bagi Ibu.”
Tanggapan ini memang terlihat sebagai transaksi antara ego state dewasa dan dewasa, tetapi ada unsur tersembunyi di dalamnya yang tidak jadi terumuskan, yaitu : ibu tidak mempunyai cukup uang untuk membeli yang mahal itu.

Kemudian sang ibu merasa tersinggung, dan memang begitulah maksud penjual itu. Menanggapi pernyataan itu, untuk membuktikan bahwa dirinya mampu membeli barang mahal tersebut, sang ibu lalu berkata, “Yang tinggi itu mau saya beli!”.
Nah, sejauh ini berada di titik manakah komunikasi kita dengan suami? đŸ˜‰

***

Sumber Referensi:
Berne, Eric. Games people Play. Jakarta.
Berne, Eric. Transaksional Analysis. Jakarta.
Chapman, Gary dan Ross Campbell M.D. The 5 Love Language of Children. Jakarta : 2014.
___

#reviewlevel1
#komunitasonedayonepost
#odopbatch6
#Day25
Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

Posting Komentar