header coretan ibu kiya

Gendhis

Posting Komentar
Oleh N. Purwanti

Ran, temani aku belanja di ADA besok siang ya. Bisa kan? Plisss … aku lagi butuh teman nih. Kubaca pesan di whatsapp dari sahabatku secara sekilas. Belum selesai kuketik jawaban, terdengar suara buah hatiku memanggil dari luar kamar. Kuletakkan gawaiku di rak buku paling atas, lalu kembali menemani buah hatiku beraktivitas.


“Ibu, ini gambar apa hayo?” Dia menunjukkan buku gambar yang sudah penuh coretan.

Tampak coretan tak beraturan. Ada tiga gambar di sana yang sulit kutangkap maknanya. Masing-masing gambar terdiri dari lingkaran, kotak tak beraturan, dua garis di kanan kiri dan satu persegi panjang ke arah bawah.

“Ibu tidak tahu, gambar apa itu, Sayang?” tanyaku penasaran.

“Ini Ibu … ini Gendhis … ini ayah.” Ditunjuknya satu persatu gambar hasil coretanya.

“Owh. Itu orang? Lha kakinya kok cuma satu? Mata, mulut, dan hidungnya mana?” Tanyaku lebih mendalam.

“Iya, ini kan ayah pakai celana, Ibu sama Gendhis pakai rok,” ucapnya sambil tersenyum kepadaku.

“Hahaaa … kamu ini pintar sekali to, Nduk.” Kubelai rambut ikalnya sambil menatap matanya dengan penuh cinta.

“Ibuk … ayah kok nggak pulang-pulang?” Mendadak raut mukanya menunjukkan kekecewaan.

“Ayah masih kerja sayangku … ini kan baru hari Kamis. InsyaAllah, dua hari lagi ayah akan pulang. Gendhis kangen ya?” Dia hanya menjawab dengan anggukan. Tangan mungilnya kembali menari-nari di atas kertas gambar.

Kuperhatikan dengan saksama wajah cantiknya, tampak butiran bening tergenang di sudut matanya. Jantungku bergetar.

“Gendhis kenapa sayang, kok nangis?” Kubelai kepalanya sekali lagi. Tangisnya pun pecah seketika, dan butiran bening jatuh bertubi-tubi dari mata indahnya.

Kuangkat tubuh kecilnya ke pangkuan, ia pun menumpahkan tangisnya dalam pelukan. Sepuluh menit berlalu, tangis buah hatiku mereda.

“Gendhis sedih?” Kutatap lekat-lekat wajahnya. Lagi-lagi ia hanya memberi jawaban dengan anggukan kepala.

“Gendhis ingin ayah ada di sini?” tanyaku lagi.

“Iya … Gendhis rindu ayah. Hiks … hiks … Gendhis ingin sama ayah terus. Gendhis nggak mau ayah kerja lama-lama,” ucap Gendhis disela isak tangisnya, “Gendhis ingin main sama ayah, ingin jalan-jalan sama ayah.”

“Kan kalau ayah pulang kita jalan-jalan, main bersama sayang,” jawabku menenangkan.

“Tapi Gendhis maunya deket ayah terus setiap hari seperti.” Ia bersikukuh dengan jawabannya.

Kali ini aku hanya terdiam, mendengarkan setiap ungkapan rasa kecewa yang Gendhis sampaikan. Dadaku bergemuruh, rasanya semakin sulit untuk bernapas. Aku merasakan sakit itu, sakit yang sama dengan yang kini ia rasakan. Bedanya, Gendhis harus berjauhan dengan ayahnya karena tuntutan pekerjaan, sedangkan aku terpaksa berdamai dengan takdir itu karena takdir yang tak terhindarkan.

Kueratkan pelukan pada gadis kecilku yang selalu menjadi penguatku. Haruskah Gendhis mengalami trauma dan menyimpan gunungan kecewa dalam jiwanya seperti diriku? Ya Rabbi, berikan jalan terbaik bagi kami.

to be continued ....
___

#TantanganODOP4 #onedayonepost #odopbatch6 #fiksi

Nining Purwanti
Selamat datang di blog Ibu Kiya. Ibu pembelajar yang suka baca, kulineran, jalan-jalan, dan nonton drama Korea. Selamat menikmati kumpulan coretan ibu Kiya, semoga ada manfaat yang didapat ya. ��

Related Posts

Posting Komentar